Pendakian Semeru #1: Ranu Pani Sedingin Kutub

11:06 Ilham Firdaus 0 Comments

semeru kalimati

Awalnya saya nggak kepikiran untuk ndaki Semeru, apalagi masalahnya kalau bukan dari sisi finansial. Maklum mahasiswa, anak kos pula. Bisa makan enak aja udah bersyukur, mana kalau udah krismon terpaksa nyeduh (baca: masak mie instan). Yah, itu sudah menjadi rahasia umum. Udah ah jadi kelihatan banget nelangsanya anak kos. Heuheu..

Beneran, tadinya saya pikir budget untuk ndaki Semeru bakal keluar banyak. Tapi saya lupa, saya ini kuliah di Malang. Semeru kan secara geografis masih masuk wilayah Malang juga. Jalan kaki Malang – Mahameru bisalah, yaa paling kaki pulang-pulang tinggal diamputasi.

Setelah menyadari hal itu saya langsung deh cari info sebanyak-banyaknya estimasi biaya untuk ke Semeru dari Malang. Dan setelah dihitung-hitung, bueeh lumayan sekitar 200ribuan bisa PP Malang – Semeru – Malang. Itu udah termasuk perbekalan, biaya sewa logistik peralatan dan transportasi. Carter Jeep yang mahal itu pun udah include  lho! Iyalah, 200ribu ini itungannya rombongan ber-10 orang kok. Dan juga saat itu tiket masuk cuma 10ribu/orang sekali masuk, beda sama sekarang yang harganya Rp. 17.500/orang dan perhari pula. Btw, saya ndaki di tahun 2013.

Setelah menghitung budget dan menyusun itinerary. Awalnya saya berdua doang sama si Idang, teman pendakian saat ke Gunung Arjuna. Saya pun mengajak teman yang lain, dan joinlah 7 orang, sehingga total menjadi 9 orang. Kurang 1 orang lagi buat genapin target 10 orang.

Si Faisal temen saat ke Arjuna juga, awalnya dia bilang nggak ikut soalnya waktunya berbarengan sama seleksi basketnya. Tapi pas hari H, dia memutuskan untuk ikut. Dengan guyonan sok-nya dia bilang begini, “Aku jadi ikut Ham, aku ga rela liat kalian mati kedinginan di Ranu Kumbolo”. Oh vangke banget kan, bilang aja iri lihat kami nanti di Semeru. Udah dadakan, pake sok-sokan pula. Huhu.

Ya sudah langsung saya suruh prepare aja itu anak Medan. Akhirnya dia berhasil memutuskan pilihan yang berat, dia rela meninggalkan seleksi basketnya dan memilih mati kedinginan bersama kami di Ranu Kumbolo. Oke saya salut dengan pilihanmu, Sal!

pendakian semeru
Mejeng depan kampus sebelum berangkat
Berdiri dari kiri: Rahman, Idang, Saya, Rio, Nafi dan Eko
Duduk dari kiri: Abduh. Faisal, Saifud dan Reva

Btw, kami berangkat di hari terakhir UTS (ujian tidak serius). Kami berkumpul dulu di depan kampus sebelum capcus naik angkot menuju Pasar Tumpang. Di tahun 2013, Jeep yang ngangkut pendaki ke Ranu Pani masih mangkal di Pasar Tumpang.

Setibanya disana, kami bertemu sepasang bule. Mereka meminta untuk berangkat bareng kami untuk carter Jeep-nya. Tapi karena dari ke-10 kami pada bego semua nggak ada yang bisa Bahasa Inggris, itu bule tiba-tiba udah berangkat aja sama rombongan pendaki lain. Sialan! Diserobot, padahal lumayan bisa mereduksi budget dengan join-nya bule. Nggak tahu apa kami semua mahasiswa yang anak kos pula?! Huh! Mau nggak mau kami ikhlasin tuh kepergian bule, bye Mr. and Mrs. Bule!

Daripada buang waktu, kami pun berangkat bersepuluh menaiki Jeep! Wooow pertama kali buat saya naik Jeep terbuka kayak gini, sumpah asik banget, memacu adrenalin! Saking girangnya kami pada teriak nggak jelas, ada yang bilang “Mahameru, kami datang!”, terus bilang “Janc***k”, ada juga yang cuma “waawooo” doang, hadeuh apaan sih. Itu bukan saya lho, sumpah!

semeru tumpang jeep
Nangkring di Jeep

semeru tumpang jeep
Kegirangan naik Jeep

Sejam perjalanan kami pun tiba di… Ranu Pani? Bukan! Tapi di Jemplang, itu masih 8 km lagi buat ke Ranu Pani. Kala itu Jeep cuma bisa sampai Jemplang karena jalan ke Ranu Pani masih di perbaiki dan cuma motor yang bisa lewat. Sebelumnya kami udah tahu tentang hal ini dan kami udah putuskan jalan kaki. Sebenernya ada ojek sih, tapi harus oper nantinya, jadi harus 2 kali ngojek. Duit lagi deh.

Selain masalah finansial, kami putuskan jalan kaki itung-itung pemanasan. Ya, kaki harus dibiasakan jalan dulu sebelum pendakian sebenarnya. Tapi setelah dilakonin, ini mah bukan pemanasan. Jauh banget! Udah kayak naik gunung aja.

Di tengah jalan, Rio berhenti dan mengeluarkan sesuatu dari cariernya. Saya kira mau keluarin cemilan gitu. Bukan. Dia mengeluarkan galon 6L full berisi air yang dia bawa sedari tadi di dalam carier. Dia kelelahan bawa itu, dalam carier pulan. Jadilah kami bergantian membawa galon itu.

2 jam berjalan, tepar sudah. Kami mulai jalan kaki dari Jemplang jam 5 sore, dan sampai di Ranu Pani jam 7 pas hari udah gelap.

jemplang ranu pani semeru
Jemplang -> Ranu Pani. Hajaaar! *udah kayak boyband

Ketika tiba di pos perizinan udah banyak pendaki disana. Tapi posnya tutup, terpaksa kami ngurus simaksi esok harinya. Karena kami udah kelelahan semua, kami langsung nyari lapak untuk mendirikan tenda. Supaya cepat, kami bagi tugas. 3 orang masak buat makan malam, sisanya masang tenda dan beres-beres logistik. Disini kami nggak bisa nancepin pasak ke tanah. Tanahnya keras, jadilah masang tenda seadanya.

Setelah makan malam, kami istirahat. Tenda saya di isi oleh Saifud, Eko, Rio dan Faisal. Sedangkan tenda yang satunya berisikan Idang, Reva, Abduh, Rahman dan Nafi. Sebelum tidur, saya, Saifud dan Faisal main kartu gapleh dulu. Ketika sedang main, hp Faisal bunyi dan itu adalah telepon dari ibunya. Ibunya nanya kenapa baru bisa dihubungi, si Faisal pun jawab “Aku lagi nonton OVJ Ma, di Rampal”. Njirr dusta ini anak, awas kualat bohong sama orang tua!

Pagi sekali sebelum subuh, beberapa dari kami udah ada yang bangun. Saya yang kebagian piket masak pagi itu, dibangunin dengan niru gaya Arya Wiguna “Subur waktumu sudah habis!”. Ini diganti jadi “Ilham waktumu sudah habis!”, beuh ganggu banget! Saya bangun dalam kondisi menggigil! Gilaaa pagi itu dingin banget, sampai menusuk ke tulang. Dari semua gunung yang pernah saya ndaki, Ranu Pani paling dingin. Saya paksa untuk gerak supaya nggak kerasa dingin. Sejak malamnya pakai sarung tangan, dan saat di buka itu kayak mati rasa. Apalagi saat menyentuh air, dinginnya seperti air di Antartika, di kutub. Ya, rasanya Ranu Pani udah kayak di kutub! FYI, saya belum pernah ke kutub.

Ternyata semua bangun dalam kondisi kedinginan. Reva dan Eko nyari ranting dan ngumpulin sampah untuk bikin api. Meskipun nggak dapat banyak, tapi lumayan bisa menghangatkan tubuh. Sebagian lagi masih ada yang enak ngorok, ileran pula. Nyenyak banget. Sial, kenapa saya kebagian piket masak pagi-pagi sih. Btw, saya sendiri yang nyusun jadwal piket masaknya.

Ada fenomena unik, Danau Ranu Pani pagi itu berasap. Bukan karena airnya panas mendidih jadi berasap. Bukan, siapa juga yang mau masak air danau Ranu Pani. Tapi ini karena letak Desa Ranu Pani sendiri yang berada di ketinggian 2100mdpl membuatnya diselimuti kabut pada pagi hari. Begitu juga pada danaunya, sehingga terlihat seperti berasap.

ranu pani berkabut
Kabut yang menyelimuti danau

ranu pani berkabut
Danaunya berasap

Baru ketika matahari terbit saya merasakan kehangatan yang sebenarnya. Dingin yang sejak pagi merasuki tubuh pun perlahan hilang. Kemudian kami sarapan, packing, ngurus simaksi dan berangkaaat!!

ranu pani semeru
Makan nikmat ya di gunung bareng sahabat


ranu pani semeru
We are ready!!!

0 comments: