Backpacking Kuala Lumpur & Singapura #2: Ketemu si Jahid!

19:08 Ilham Firdaus 0 Comments

kuala lumpur

Pada tulisan sebelumnya saya udah cerita saat keberangkatan dari Surabaya hingga main ke Batu Caves meski harus nyasar dulu. Nah kali ini saya akan melanjutkan kisah backpacking alias ngegembel di negeri orang…

Senin, 6 Maret 2017
Setelah udar-ider di Batu Caves, kami melanjutkan perjalanan dari stasiun Batu Caves naik KTM dengan tujuan Masjid Jamek. Kali ini nggak pakai nyasar. Kami sudah mempelajari rute dan sistem LRTnya dengan baik. Nggak mau kami jatuh dilubang yang sama. Hahaha!

Di Masjid Jamek kami menunaikan ibadah shalat dzuhur + ashar dan sekalian istirahat, meluruskan kaki sejenak. Saat itu Masjid Jamek cukup ramai, baik yang sedang menunaikan ibadah shalat maupun sekedar istirahat di teras. Turis dan warlok berbaur menjadi satu. Leyeh-leyeh di teras Masjid Jamek bener-bener nyaman. Mungkin akibat kaki pegal dan cuaca yang panas, sehingga begitu nemu tempat adem kami langsung betah. Yogi malah ingin berlama-lama. Tapi sayang udah jauh-jauh ke Malaysia kalau cuma leyeh-leyeh kaaan??

kuala lumpur
Masjid Jamek

Kemudian kami lanjut ke Kuala Lumpur City Gallery (KLCG). Cukup berjalan kaki sekitar 10 menit kami udah sampai. Letak KLCG ini berada disebelah Merdeka Square, sehingga cukup mudah untuk mencarinya, meski kami juga perlu baca peta berulang-ulang dan tanya sana-sini. Hehehe.

Jadi KLCG adalah museum tentang seluk-beluk sejarah Kota Kuala Lumpur. Dengan harga tiket 5 ringgit, kami dapat berkeliling museum ini. 5 ringgit itu pun nantinya dapat ditukar dengan souvenir atau makanan/minuman dengan harga setimpal. Cukup menarik. Di lobby terdapat banyak brosur mengenai informasi KL. Seperti destinasi wisata, rute LRT, rute GoKL, dll. Ini sangat membantu bagi kami untuk meminimalisir kejadian yang tak terduga. Maka dari itu beberapa brosur langsung kami sikat. Hehehe!

Pada bagian awal museum akan disuguhkan sejarah Malaysia. Di sisi kanan adalah National Heritage Malaysia, seperti Old Market Square, KL City Library, Victorian Fountain, dll. Sementara di sisi kiri merupakan tokoh-tokoh berpengaruh dalam sejarah Malaysia hingga keadaan KL di masa lampau.

kuala lumpur
Daftar National Heritage Malaysia

Selanjutnya kami masuk ke zona Discover City KL. Pada sebuah ruangan yang gelap akan diperlihatkan sebuah video mengenai serba-serbi Kuala Lumpur. Seperti museum-museum, heritage sites, ekonomi, transportasi publik, dsb. Tepat di depan kami berdiri, terdapat miniatur kota Kuala Lumpur. Ketika video akan berakhir, tiba-tiba saja miniatur KL tersebut menyala kerlap-kerlip! Pada video yang diproyeksikan itu juga muncul efek lampu sorot dan kembang api. Keren lah pokoknya!

kuala lumpur
Miniatur kota KL

Kemudian kami menuju ruangan tempat pembuatan souvenir, berupa miniatur bangunan-bangunan ikonik di kuala lumpur. Kami menyaksikan proses para pekerja yang sedang membuat miniatur. Yang terakhir adalah ruangan souvenir dan kantin. Tiket masuk seharga 5 ringgit saat pertama masuk dapat ditukar dengan souvenir maupun minuman/makanan dengan harga serupa. Kalau nggak cukup, tinggal nambah aja!

Puas berkeliling, kami masih nongki disekitar KLGC. Kenapa? Karena ada WiFI gratis! Wkwkwk. Ini sebenarnya tujuan utama kami pergi kesana. Update sosmed biar kayak kids zaman now. Hahaha. Nggak deng, tentu untuk berkabar ke keluarga. Itu yang selalu kami lakukan setiap kali nemu WiFi. Namun baru saja beberapa menit WiFian, tiba-tiba tetesan air turun dari langit. Gerimis. Mau nggak mau kami pun dengan berat hati harus meninggalkan WiFi di KLGC. Bye wifi gratisan, sampai jumpa di lain tempat. Heuheu.

kuala lumpur
KLGC

Dari stasiun Masjid Jamek kami lanjut ke Kuala Lumpur City Centre (KLCC). Tempat dimana Menara Petronas Twin Tower berada. Stasiun LRT di KL ini terkadang langsung terhubung di titik keramaian seperti destinasi wisata, masjid, pusat perbelanjaan, dsj. Nah stasiun KLCC yang menjadi pemberhentian kami pun terhubung dengan mall. Begitu keluar dari stasiun, kami langsung aja gitu ada di dalam mall.

Akibat kelaparan (baru makan bekal roti semenjak sampai di KL) dan bingung cari makan dimana, kami dengan terpaksa dan berat hati makan di mall. Apalagi kalau bukan soal budget. Makan nasi lemak + minum teh habis 7.64 ringgit. Kalau di konversi ke rupiah itu 22 rebu, kalau makan di warung biasa mah bisa 5 ringgit doang padahal. Sebenarnya beda dikit sih, tapi kalau lagi backpacking mah kalau ada yang murmer, kenapa harus cari yang lebih mahal. Tapi gapapa lah dari pada tiba-tiba mati kelaparan. Heuheu.

Selepas ngisi perut kami berjalan sebentar keluar dari mall dan… Petronas Twin Tower berdiri menjulang tinggi dihadapan kami. Hhm, jadi ini menara kembar kebanggaan negeri jiran. Landmarknya kota Kuala Lumpur. Dan tepat di sebrangnya adalah KLCC Park. Spot terbaik untuk turis maupun warlok dapat mengabadikan diri dengan latar belakang si kembar. Bukan si kembar upin ipin yah.

kuala lumpur
Nih sore hari pas langit masih terang

“Kalau ke Petronas mending malem aja, bang. Kalau siang nggak begitu bagus buat foto-foto”, ujar Jahid (nama samaran), orang Indonesia yang kami temui saat di Batu Caves. Tepatnya saat dia minta fotoin dirinya ke saya. Resiko traveling sendirian, kalau mau foto harus minta tolong ke orang. Sempet bareng naik LRT sepulang dari Batu Caves tapi beda tujuan stasiunnya. Di LRT kami saling bertukar informasi yang kami tahu. Termasuk soal foto-foto di Petronas Twin Tower. Hehehe.

Kami tiba di KLCC park sore hari. Di situ pula kami berpisah dengan si Jahid. Langit masih terang dan ternyata benar apa kata si Jahid. Ketika kami mencoba mengambil gambar menara petronas sebenarnya bagus, tapi rasa-rasanya kurang joss aja gitu. Lalu kami menunggu langit gelap demi membuktikan kata-kata si Jahid. 30 menit penantian kami tidak sia-sia. Saya setuju dengan si Jahid. Saat langit gelap, menara petronas terlihat cantik dengan memancarkan cahaya lampu disetiap lantainya. Sangat kontras dengan langit yang berwarna hitam.

kuala lumpur
Kalau ini udah malem, ada bulan pula :D

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Bukit Bintang. Kali ini kami tidak menggunakan LRT. Kami mencoba transportasi publik lainnya, yaitu GoKL. GoKL adalah bus dari pemerintah kota Kuala Lumpur yang yang akan mengantar siapapun secara gratis. Yep, lumayan kan hemat ongkos. Namun GoKL in hanya melewati rute-rute tertentu. Salah satunya dari KLCC ke Bukit Bintang. Ini bukan sebuah kebetulan. Tetapi saya sudah merencanakan hal ini sejak masih di Indonesia. Ribet kan backpacking itu. Harus bikin plan ini itu supaya budget yang keluar bener-bener dapat seminimal mungkin. Tapi justru itu yang asyik menurut saya.

kuala lumpur
Rute GoKL

Bukit Bintang ini bisa dibilang surganya belanja karena banyak mall dan toko fashion dengan brand ternama. Tapi tujuan kami bukan itu, melainkan ke Jalan Alor. Sebuah jalan yang dikhususkan untuk kulineran. Mulai dari makanan street food yang dijajakan menggunakan gerobak hingga makanan berat mahal-mahal. Tentu saja kami nyari jajanan street foodnya. Meski pada akhirnya kami hanya menelusuri sepanjang jalan, cuma lihat-lihat dari ujung jalan yang satu ke ujung lainnya. Hahaha!

kuala lumpur
Jalan Alor

Ketika berjalan menuju stasiun terdekat, tiba-tiba saja kami bertemu dengan seseorang yang familiar. Dia terduduk di depan sebuah toko yang tutup. Sendirian. Entah sedang melamun atau merenung. Saat kami dekati, ternyata itu si Jahid! Lah ngapain dia? Begitu saya sapa, dari raut wajahnya dia seolah tak menyangka bertemu dengan kami lagi. Begitupun dengan kami. Janjian juga nggak, tiba-tiba saja bertemu dengan wajah yang familiar sedang duduk dipinggir jalan. Sungguh mengejutkan.

Lalu kami ngobrol-ngobrol sebentar. Dilihat dari barang-barangnya yang semakin banyak, rupanya dia habis ngeborong di Bukit Bintang. Titipan oleh-oleh untuk teman-temannya ia bilang. Sampai-sampai carier ukuran 50L yang digendongnya tidak cukup untuk membawa semua oleh-olehnya. Gils banget dah si Jahid ini. Saya tak menyangka. Begitu dipertemukan kembali, dia telah memborong seisi Bukit Bintang. Juara!

Hanya sebentar kami mengobrol. Kami pamit pada si Jahid, malam itu kami harus mengejar bus tujuan Singapura. Sampai jumpa lagi Jahid, nice to meet you. Sungguh perjalanan kami menjadi banyak yang bisa diceritakan berkat kehadiranmu.

kuala lumpur
Maksudnya apa ya? Gagal paham ☹

Kemudian kami tertidur di kursi dalam perjalanan menuju Singapura… Berlanjut ke part 3 😊

*    *   *   *   *

Btw Jahid itu nama yang diberikan oleh Yogi, karena hingga pamitan pun kami tidak saling bertanya nama meski sudah banyak bercerita pengalaman traveling masing-masing XD. Sebenarnya masih ada beberapa hal terngakak saat bertemu si Jahid. Tapi nggak bakal saya ceritain, nggak kuat nahan ketawa :’DD. Bye!

0 comments: